25.2 C
New York
Jumat, September 19, 2025

Buy now

spot_img

Karno Syarifudinsyah: Petani Menjerit, Krisis Air di Sukawangi Kian Parah, Sungai Cikarang Hilir Kering dan Penuh Sampah

SUKAWANGI | Bekasihariini.click

Ribuan petani di wilayah utara Kabupaten Bekasi menghadapi ancaman serius gagal panen akibat krisis air yang semakin parah. Aliran Sungai Cikarang Hilir yang selama ini menjadi sumber utama irigasi pertanian, kini nyaris tak mengalir ke wilayah hilir.

Pantauan di sejumlah titik pada Jumat (1/8/2025), aliran sungai terlihat kering dan dipenuhi tumpukan sampah serta sedimentasi lumpur. Warga menyebut, meski pernah dilakukan normalisasi, aliran air tetap tidak menjangkau lahan-lahan pertanian di Kecamatan Sukawangi, Sukakarya, Cabangbungin hingga Muara Gembong.

Baca Juga  Jaga Generasi Muda, Polisi Beri Edukasi Kamtibmas di SLTP SATAP Setu

“Air hanya terlihat di bagian atas, tidak sampai ke bawah. Ini sudah darurat. Para petani sudah menjerit karena sawah mereka kering semua,” ujar Karno Syarifudinsyah, Aktivis Pergerakan yang juga mewakili kelompok petani setempat.

Karno menyebutkan, pihaknya bersama warga telah berinisiatif menelusuri aliran sungai dari hulu hingga hilir, namun belum menemukan penyebab pasti tersumbatnya distribusi air. Ia memperkirakan, penyumbatan bisa berasal dari kombinasi faktor sampah, pendangkalan, serta buruknya manajemen aliran dari hulu.

“Kalau terus begini, bukan hanya gagal panen, kami bisa kehilangan sumber penghidupan utama. Ribuan hektare sawah di wilayah seperti Sukaringin sudah mengering total,” tambahnya.

Baca Juga  𝐏𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐡𝐮𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐥𝐢𝐡𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐉𝐞𝐦𝐛𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐃𝐞𝐬𝐚 𝐖𝐚𝐧𝐚𝐣𝐚𝐲𝐚–𝐒𝐮𝐤𝐚𝐣𝐚𝐲𝐚

Keluhan serupa datang dari petani di Kecamatan Sukakarya dan Cabangbungin. Mereka mempertanyakan efektivitas program normalisasi yang sebelumnya telah dilakukan, namun belum menunjukkan dampak berarti.

Para petani kini mendesak agar pemerintah daerah bersama instansi terkait seperti Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Perum Jasa Tirta (PJT), Dinas Pertanian, PSDA hingga Dinas Lingkungan Hidup segera turun tangan. Mereka meminta tindakan cepat, mulai dari pengerukan lanjutan, pembukaan pintu air di hulu, hingga opsi darurat seperti pompanisasi.

“Kami harap ada langkah konkret. Jangan tunggu sampai semua sawah mati baru bertindak. Ini menyangkut perut dan masa depan ribuan keluarga petani,” tegas Karno.

Baca Juga  Acungkan Celurit, Komplotan Curanmor di Bekasi Gasak Motor Warga Setu

Krisis air ini dinilai sebagai sinyal bahaya yang harus segera ditangani dengan pendekatan lintas sektor dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya agar tidak berubah menjadi bencana pertanian yang lebih luas.

Red/Iyan

BERITA TERBARU

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

BERITA LAINNYA