SUKAWANGI | Bekasihariini.click
Ribuan petani di wilayah utara Kabupaten Bekasi menghadapi ancaman serius gagal panen akibat krisis air yang semakin parah. Aliran Sungai Cikarang Hilir yang selama ini menjadi sumber utama irigasi pertanian, kini nyaris tak mengalir ke wilayah hilir.
Pantauan di sejumlah titik pada Jumat (1/8/2025), aliran sungai terlihat kering dan dipenuhi tumpukan sampah serta sedimentasi lumpur. Warga menyebut, meski pernah dilakukan normalisasi, aliran air tetap tidak menjangkau lahan-lahan pertanian di Kecamatan Sukawangi, Sukakarya, Cabangbungin hingga Muara Gembong.
“Air hanya terlihat di bagian atas, tidak sampai ke bawah. Ini sudah darurat. Para petani sudah menjerit karena sawah mereka kering semua,” ujar Karno Syarifudinsyah, Aktivis Pergerakan yang juga mewakili kelompok petani setempat.
Karno menyebutkan, pihaknya bersama warga telah berinisiatif menelusuri aliran sungai dari hulu hingga hilir, namun belum menemukan penyebab pasti tersumbatnya distribusi air. Ia memperkirakan, penyumbatan bisa berasal dari kombinasi faktor sampah, pendangkalan, serta buruknya manajemen aliran dari hulu.
“Kalau terus begini, bukan hanya gagal panen, kami bisa kehilangan sumber penghidupan utama. Ribuan hektare sawah di wilayah seperti Sukaringin sudah mengering total,” tambahnya.
Keluhan serupa datang dari petani di Kecamatan Sukakarya dan Cabangbungin. Mereka mempertanyakan efektivitas program normalisasi yang sebelumnya telah dilakukan, namun belum menunjukkan dampak berarti.
Para petani kini mendesak agar pemerintah daerah bersama instansi terkait seperti Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Perum Jasa Tirta (PJT), Dinas Pertanian, PSDA hingga Dinas Lingkungan Hidup segera turun tangan. Mereka meminta tindakan cepat, mulai dari pengerukan lanjutan, pembukaan pintu air di hulu, hingga opsi darurat seperti pompanisasi.
“Kami harap ada langkah konkret. Jangan tunggu sampai semua sawah mati baru bertindak. Ini menyangkut perut dan masa depan ribuan keluarga petani,” tegas Karno.
Krisis air ini dinilai sebagai sinyal bahaya yang harus segera ditangani dengan pendekatan lintas sektor dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya agar tidak berubah menjadi bencana pertanian yang lebih luas.
Red/Iyan