KARAWANG – BEKASIHARIINI.CLICK Fenomena living together atau tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan kian marak di kalangan anak muda Karawang. Kondisi ini menjadi sorotan karena selain menyalahi norma sosial dan budaya masyarakat setempat, juga menimbulkan dampak sosial yang cukup kompleks.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, praktik living together banyak ditemui di kawasan perkotaan dan pusat industri Karawang. Beberapa daerah yang kerap disebut di antaranya sekitar Kecamatan Karawang Barat, Telukjambe, dan wilayah sekitar kawasan industri KIIC. Faktor akses transportasi yang mudah, banyaknya rumah kontrakan, hingga apartemen murah yang disewa pasangan muda, menjadi salah satu pemicu suburnya fenomena ini.
Fenomena ini juga diperkuat dengan data tak resmi yang menyebutkan bahwa banyak rumah kos dan kontrakan yang dihuni pasangan muda tanpa status pernikahan. Beberapa pemilik kos bahkan mengaku kesulitan melakukan pengawasan, karena pasangan tersebut kerap mengaku sebagai saudara atau rekan kerja.
Sejumlah warga Karawang juga turut menyoroti fenomena tersebut. Asep Sutisna (45), warga Karawang Barat, mengaku prihatin dengan kondisi saat ini. “Sekarang banyak anak muda yang milih tinggal bareng padahal belum nikah. Kalau dibiarkan, takutnya jadi kebiasaan yang dianggap biasa. Padahal ini nggak sesuai sama budaya kita di Karawang,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ibu Nenden (50), warga Telukjambe. Ia menilai, fenomena ini muncul karena lemahnya pengawasan dari orang tua. “Kadang orang tua sibuk kerja, anak jadi kurang diperhatikan. Akhirnya mereka cari kebebasan sendiri. Saya berharap pemerintah dan sekolah juga ikut mengingatkan,” katanya.
Di sisi lain, dampak dari living together juga mulai dirasakan masyarakat. Selain memicu keresahan sosial, kondisi ini berpotensi meningkatkan angka pernikahan dini dan permasalahan sosial lainnya, termasuk kasus kekerasan dalam hubungan (dating violence) maupun kehamilan di luar nikah.
Pemerintah daerah melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Karawang sebelumnya telah mengingatkan bahaya fenomena ini, khususnya bagi generasi muda. Program penyuluhan keluarga, edukasi remaja, dan kampanye kesehatan reproduksi terus digencarkan, namun tantangannya semakin berat di tengah derasnya arus modernisasi.
Meski begitu, sejumlah pihak menilai bahwa solusi tidak bisa hanya mengandalkan aparat atau pemerintah. Peran keluarga dan lingkungan masyarakat dinilai sangat penting dalam memberikan edukasi serta kontrol sosial agar generasi muda Karawang tidak terjerumus lebih jauh ke dalam praktik living together. (red)